Tuesday, 21 October 2014

Populasi Maksimum Manusia di Bumi

Berikut saya post tugas kuliah tentang berapa banyak populasi manusia yang dapat tinggal di bumi? semoga bermanfaat bagi yang mencari bahan tersebut. Berikut bahannya :

Banyak atau sedikitnya populasi manusia dalam suatu negara atau wilayah akan mempengaruhi banyak faktor dan aspek lainya. Aspek yang terpengaruh antara lain ketenaga kerjaan (jumlah lowongan kerja), tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan hidup, dll. Semakin banyak penghuni di bumi ini, maka akan semakin banyak sumber daya yang diperlukan untuk menyokong keberlangsungan hidup manusia tersebut. Sumber daya ini diantaranya yaitu bahan makanan, air, energi, dan tempat tinggal yang dibutuhkan oleh manusia juga akan semakin banyak. Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak hal ini akan dapat menyebabkan terjadinya eksploitasi alam secara besar-besaran, padahal sumber daya alam dan biokapasitas dari bumi ini terbatas sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya degradasi kemampuan atau biokapasitas dari bumi ini. Oleh karena itu agar manusia dapat berlangsung hidup dengan baik, layak dan sejahtera, dan bumi dapat menyokongnya maka perlu adanya pembatasan jumlah penduduk atau populasi manusia di bumi ini.
Untuk dapat menjawab dan memprediksi berapa banyak maksimum populasi manusia yang dapat tinggal atau hidup didunia, maka ada banyak sekali faktor yang harus kita lihat, dalam hal ini saya akan lebih menyoroti pada bidang ketersediaan energi (makanan). Selain itu, karena masalah kependudukan dan populasi manusia ini merupakan subjek yang menarik untuk dibahas karena berhubungan dengan kelangsungan dari bumi ini sendiri, maka banyak para ahli bidang lingkungan, kependudukan dan filsuf yang menyorot dan membicarkan tentang hal ini.
Salah satu filsuf yang berbendapat yaitu Thomas Malthus pada abad ke 18 yang menyebutkan bahwa, kekuatan populasi sangat jauh di atas kekuatan bumi untuk memproduksi penghidupan bagi manusia sehingga kematian prematur dalam satu bentuk atau bentuk lain harus mendatangi umat manusia.
Dalam salah satu essainya, mathus menuliskan masa depan yang suram dari manusia. Menusia memiliki dorongan yang tidak bisa diredam untuk bereproduksi, yang pada akirnya akan membuat planet mengalami over populasi dan memakan seluruh sumber daya yang ada. Pada akhirnya umat manusia akan mati karena mengalami kelaparan massal.
Dikutip dari Life’s Little Mysteries, 13 Oktober 2011, banyak ilmuwan yang memperkirakan bahwa Bumi mampu menampung manusia hingga 9 sampai 10 miliar jiwa. Salah satunya adalah Edward Wilson, sociobiologist dari Harvard University. Ia menyimpulkan itu berdasarkan  kalkulasi terhadap sumber daya yang dimiliki Bumi.
Di samping terbatasnya ketersediaan air bersih, saat ini memang muncul kekhawatiran atas jumlah makanan yang bisa diproduksi Bumi. Dan ini sudah diprediksi oleh Malthus, lebih dari 200 tahun lalu.
Bahkan jika terjadi efisiensi maksimal sekalipun, di mana seluruh pangan yang ditanam diberikan khusus pada manusia (tidak lagi pada ternak, yang merupakan cara tidak efisien untuk mengonversi energi tumbuhan menjadi energi makanan), masih tetap ada batasan seputar seberapa jauh kuantitas yang tersedia mampu bertahan. Pernyataan ini berdasarkan pada konsep ekosistem yang dibahas pada minggu kedua mengenai aliran energi. Energi mengalir dalam ekosistem melalui rantai makanan dan jaring makanan.Dalam proses aliran ini, jumlah energi kimiawi yang tersedia bagi kebutuhan organisme akan berkurang sejalan dengan meningkatnya tingkatan makan (trofik). Sebagian besar energi akan hilang sebagai panas, hanya 10% yang dapat dimanfaatkan oleh tingkatan trofik selanjutnya. Dalam hal ini manusia yang merupakan mahluk omnivora yang dapat memakan segalanya, untuk dapat mengefisiensikan energi yang didapatkan, maka dapat beralih menjadi herbivora atau vegetarian, dimana hal ini akan mengakibatkan energi yang didapatkan oleh manusia menjadi lebih besar dibandingkan memakan ayam yang diberi dedak. Sebagai contoh bila energi padi sebesar 10000 kalori, maka bila manusia langsung memakan padi akan mendapatkan energi sebesar 1000 kalori, namun bila padi tersebut diberikan kepada ayam kemudian manusia memakan ayam maka energi yang didapatkan oleh manusia hanya sebesar 100 kalori, dimana 90% energi akan hilang menjadi panas setiap kenaikan tingkat trofik ini.
“Jika seluruh manusia sepakat untuk menjadi vegatarian, yang mengakibatkan tidak ada lagi makanan untuk ternak, lahan seluah 1,4 miliar hektar yang bisa ditanami di Bumi hanya akan mampu memberi makan sekitar 10 miliar orang,” sebut Wilson.
Lahan seluas 1,4 miliar hektar itu akan mampu memproduksi sekitar 2 miliar ton gandum per tahun. “Ini cukup untuk memberi makan 10 miliar vegetarian. Namun hanya mampu memberi makan 2,5 miliar omnivora karena banyak tumbuhan yang diberikan pada ternak termasuk unggas,” sebut Wilson.
Artinya, 10 miliar orang merupakan batas maksimal populasi jika ingin bahan makanan tersedia secara cukup. Namun berhubung sangat tidak mungkin membuat seluruh manusia berhenti memakan daging, Wison berpendapat, kapasitas maksimal manusia yang bisa ditampung Bumi tidaklah mencapai 10 miliar.
Menurut Joel Cohen, population biologist asal Columbia University, faktor lingkungan lain yang membatasi kapasitas tampung Bumi adalah siklus nitrogen, ketersediaan fosfor dan konsentrasi karbon di atmosfir. Akan tetapi, ada ketidakpastian yang sangat besar terkait dampak seluruh faktor-faktor ini.
Menurut United Nations Population Division, badan PBB yang memantau populasi manusia, populasi manusia akan mencapai 7 miliar di sekitar 31 Oktober 2011 ini. Dan dari data yang didapatkan pada tahun 2014. Jumlah penduduk diseluruh dunia ini, pada saat ini, sudah mencapai jumlah polpulas sekitar 7,2 milyar yang tersebar dari benua Eropa sampai dengan Amerika Serikat. Secara detail, 20 negara didunia dengan penduduk paling banyak berdasarkan pada data yang diperoleh oleh Sensus Departemen Perdagangan Amerika Serikat yaitu sebagai berikut.
  1. China/Tiongkok: 1.36 Miliar
  2. India: 1.24 Miliar
  3. Amerika Serikat: 319 Juta
  4. Indonesia:  254 Juta
  5. Brasil: 203 Juta
  6. Pakistan: 196 Juta
  7. Nigeria: 177 Juta
  8. Bangladesh: 166 Juta
  9. Russia: 142 Juta
  10. Jepang: 127 Juta
  11. Meksiko: 121 Juta
  12. Philippines: 108 Juta
  13. Ethiopia: 97 Juta
  14. Vietnam: 93 Juta
  15. Mesir: 87 Juta
  16. Turki: 82 Juta
  17. Jerman: 80.8 Juta
  18. Iran: 80.6 Juta
  19. Kongo: 77 Juta
  20. Thailand: 68 Juta

Dengan data yang diperoleh sekarang dan dengan cara pemproyeksian jumlah penduduk di dunia, maka dapat diperkirakan atau diproyeksikan jumlah penduduk dunia, dan jika proyeksi itu tepat, maka penduduk dunia saat ini sedang menuju ke angka 9 miliar pada tahun 2050 dan 10 miliar pada tahun 2100. Namun demikian, ditengah perjalanan menuju tonggak tersebut, sejumlah ilmuwan memperkirakan, perjalanan umat manusia akan mengalami putar bailk seiring dengan adanya program KB dan program pembatasan jumlah kelahiran manusia yang akan berakibat pada pengendalian populasi manusia.
Menurut PBB, tren populasi global menunjukkan bahwa keluarga saat ini semakin kecil. “Data empiris dari 230 negara sejak tahun 1950 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga mengalami penurunan dalam jumlah pembuatan anak,” kata Gerhard, Chief of Population Estimates and Projections Sections, United Nations.
Secara global, tingkat kesuburuan juga turun mencapai ‘level pengganti’ yakni 2,1 anak per perempuan. Dengan tingkat rata-rata ini, anak yang lahir akan menggantikan orang tua mereka (dan mengisi ruang bagi mereka yang mati muda).
Jika tingkat kesuburan global benar-benar mencapai level pengganti, maka di akhir abad ini, populasi umat manusia akan stabil di angka antara 9 sampai 10 miliar. Dari sisi kapasitas yang mampu didukung Bumi, kita akan mencapai titik maksimal, namun tidak lagi bisa lebih dari itu.
Jadi intinya menurut filsuf, dan para ilmuwan, penduduk maksimum dari dunia ini, dimana bumi masih bisa menyokong dan memiliki kapasitas untuk menyediakan sumber daya alam dan energi yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup manusia yaitu sekitar pada angka 9 miliar jiwa sampai dengan 10 miliar jiwa.
Referesi :

Ecological Footpirnt (Tapak Ekologi)

Kuliah pasti tidak akan jauh dari tugas, kali ini saya akan membagi tugas kuliah pengetahuan lingkungan mengenai tapak ekologi yang mungkin juga ada yang sedang mencari bahan tersebut. Bahannya yaitu sebagai berikut :

Ecological Footprint atau tapak ekologi merupakan sejumlah area yang terdiri dari lahan dan air yang produktif secara biologi yang dibutuhkan oleh individu, populasi, atau aktivitas tertentu untuk memproduksi bahan konsumsi dan untuk mengolah limbahnya dengan teknologi dan manajemennya. Secara singkat tapak ekologi juga dapat didefinisikan sebagai alat ukur yang mengkaji tingkat konsumsi manusia dan dampaknya terhadap lingkungan. Tapak ekologi sering dinyatakan dalam satuan global hektar (gha) karena yang menjadi runag lingkup dalam tapak ekologi individu mencakup lahan atau laut dari seluruh dunia.
Dengan cara membandingkan tapak ekologi hasil perhitungan dengan ketersediaan kapasitas biologis bumi, maka dapat ditentukan apakah pemanfaatan lahan pertanian, hutan, peternakan, lahan energi dapat dilanjutkan atau tidak. Dengan adanya ecological footprint sebagai alat ukur ini, maka dapat dijadikan sebagai indikator apakah pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan oleh manusia mengakibatkan penurunan kualitas ekologi atau tidak, sehingga keseimbangan alam dapat lebih terjaga. Pada perhitungan tapak ekologi ini, terlebih dahulu dibutuhkannya asumsi-asumsi. Asumsi yang umum digunakan yaitu.
  • Semua sumber daya yang dikonsumsi dan limbah (termsuk emisi) yang dihasilkan dapat ditelusuri asal mulanya (tracked).
  • Sebagian besar aliran sumber daya dan buangan dapat diukur dengan menggunakan luasan bioproduktifitas untuk menjaga pasokan sumber daya dan absorbsi buangan.
  • Luasan bioproduktifitas yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal, yaitu hektar global (gha). Setiap hektar global pada satu tahun mencerminkan bioproduktifitas yang sama dan semua dapat dijumlahkan.
  • Permintaan terhadap sumber daya alam disebut tapak ekologis (ecological footprint), dan dapat dibandingakan dengan biokapasitas (biocapacity) dengan satuan hektar global (gha).

Luasan perminataan (area demanded) bisa lebih besar dari luasan pasokan (area supply), jika permintaan suatu ekosistem melebihi kemampuan ekosistemnya untuk menyediakannya, maka dalam hal ini akan terjadi defisit. ( sumber : Calculation Methodology for the National Footprint Accounts, 2010 10th Edition – Brad Ewing)
Metode yang digunakan untuk menghitung tapak ekologi selama ini merupakan merode yang dikembangkan oleh Global Footprint Network (GFN-USA). Dalam menghitung tapak ekologi, ada 2 faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor ekuivalen dan faktor panen.
  1. Faktor Ekuivalen : merupakan faktor yang digunakan untuk mengkombinasikan tapak ekologi dari lahan yang berbeda-beda. Satuan universal yang digunakan yaitu hektar global (gha). Dimana faktor ekuivalen yang telah ditentukan oleh GFN yaitu untuk 6 (enam) kategori lahan, yaitu: lahan pertanian (2,64), lahan perikanan (0,40), lahan peternakan (0,50), lahan kehutanan (1,33), lahan terbangun (2,64) dan lahan penyerapan karbon/lahan yang diperlukan untuk mengabsorsi CO2 yang bersumber dari bahan bakar fosil (1,33).
  2. Faktor Panen : faktor ini menggambarkan perbandingan antara luasan lahan bioproduktif di suatu wilayah dengan luasan lahan produktif yang sama di wilayah lain untuk tiap komoditas yang sama.

Perhitungan tapak ekologi yang diumpamakan sebagai perhitungan konsumsi diamkan akan menambah barang yang diimpor dan akan mengurangi barang yang diekspor, dapat dirumuskan sebagai berikut.
 Konsumsi Bersih/Total (ton) = Produksi Lokal (ton) + Impor (ton) – Ekspor (ton)

Telapak Ekologis(TE/EF) untuk semua kategori lahan dihitung dengan menggunakan persamaan:

EF = ( P x YF x EQF ) / YN

Keterangan :
EF = ecological footprint/telapak ekologis (TE);
P = jumlah produk dipanen atau limbah yang dihasilkan;
YN = produktivitas nasional rata‐rata untuk P;
YF = yield factor (faktor panen);
EQF = equivalence factor (faktor ekivalensi untuk kategori lahan dimaksud).
Menurut data yang diperoleh dari wikipedia :
nilai tapak ekologi indonesia yaitu sebesar 1,21 gha/orang sedangkan biokapasitasnya yaitu 1,35 gha/orang. Hal ini mempunyai arti bahwa rata-rata setiap individu yang ada di Indonesia membutuhkan lahan produktif seluas 1,21 hektar yang didalamnya juga terdapat air yang dapat digunakan manusia untuk memproduksi sesuatu yang berguna untuk kebutuhan hidupnya serta untuk mengolah limbahnya sendiri. Sedangkan nilai tapak ekologi yang ada pada negara lain yaitu Amerika memiliki nilai tapak ekologi sebesar 9,7 gha/orang, Eropa sebesar 4,7 gha/orang, China 1,6gha/orang, India sebesar 0,8 gha/orang, dan jepang sebesar 4,8gha/orang ( sumber : Miller Jr., G.T. & S.E. Spoolman. Living in the Environment. 17th.Edition. Brooks/Cole: Belmont, CA, USA. 2012 ).
Jika dua faktor yang dijelaskan sebelumnya merupakan faktor yang digunakan untuk menghitung tapak ekologi secara umum, maka untuk menghitung suatu tapak ekologi per individu, juga terdapat faktor yang menjadi aspek untuk menentukan berapa besar tapak ekologi per individu. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut.
  • Transportasi : metode atau kendaraan apa yang digunakan dalam bepergian, apakah menggunakan motor, mobil, ataukah berjalan kaki.
  • Penggunaan air : menunjukkan seberapa banyak air yang digunakan setiap harinya, dan lama penggunaan air bersih.
  • Berpakaian : menunjukkan berapa pakaian yang digunakan setiap harinya.
  • Rekreasi : menunjukkan kegiatan refreshing yang dilakukan perminggu ke tempat rekreasi.
  • Makanan : menunjukkan berapa banyak makanan yang dikonsumsi dengan menu 4 sehat 5 sempurna.
  • Sampah : menunjukkan metode pembuangan sampah yang dilakukan, dan berapa banyak sampah yang dihasilkan dalam sehari.
  • Ruang/tempat tinggal : menunjukkan seberapa luas tanah dan ruangan yang digunakan untuk individu dan keluarganya tinggal.
Referensi :

Saturday, 11 October 2014

Belajar dari Anak Kecil dan Rumah Belajar

Rumah belajar (disingkat menjadi Rumbel) merupakan salah satu kegiatan dari pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh himpunan jurusan dikampusku. Rumbel ini dilaksanakan tiap hari sabtu bertempat di kampung dekat kampus, pengajar di rumbel ini yaitu kami beberapa massa himpunan yang bersedia dengan senang hati mengajar anak-anak mulai dari SD sampai SMA secara cuma-cuma (tidak dipungut biaya). Hal ini kami lakukan atas dasar kegiatan sosial dan penumbuhan semangat belajar pada anak usia sekolah, selain itu karena kami sebagai mahasiswa sadar bahwa kami kuliah di kampus ini dibiayai dan disubsidi baik secara langsung maupun tidak oleh rakyat, dan saya termasuk orang yang dibiayai secara penuh oleh rakyat melalui program pemerintah. Oleh karena itu hal yang bisa kami lakukan yaitu mencoba untuk memberikan manfaat dan pengabdian pada masyarakat yang telah membiayai kami.
Rumbel kali ini merupakan rumbel pertama kali yang aku ikuti pada semester ini, dikarenakan ada banyak acara pada hari sabtu pada minggu-minggu sebelumnya, dan pada rumbel kali ini lebih banyak menjadi penonton. Hal yang membuat kangen untuk bertemu dengan mereka yaitu karena semangat mereka untuk belajar yang besar, meski ada beberapa yang suka bermain namun itu adalah hal yang wajar karena mereka masihlah anak kecil dimana dunia mereka adalah dunia bermain dan belajar. Jika dirumah hal yang biasa aku lakukan yaitu bermain dan mengasuh (dalam bahasa jawa momong) keponakanku, dan selama dalam perantauan ini terkadang kangen dengan anak kecil yang masih lugu, polos dan memiliki semangat yang tinggi untuk belajar sekaligus asik diajak bermain, maka disini aku meluangkan waktu pada hari sabtu pada kegiatan rumbel pada sore harinya, dimana pada kegiatan ini aku dapat bertemu dengan banyak anak kecil sebagai ganti rasa rindu pada keponakanku. Mungkin seolah-olah kami sebagai pengajar yang mengajarkan mereka banyak hal, namun justru hal yang terjadi sebaliknya, aku sendiri sebagai pengajar merasa belajar banyak dari mereka anak-anak kecil yang masih polos dan lugu.

Hal-hal yang aku dapatkan dan belajar dari mereka yaitu :

1. Motivasi Untuk Terus Belajar
Sebagai pengajar mereka justru terkadang aku merasa malu, mereka yang masih kecil memiliki semangat belajar yang tinggi. Kegiatan pengajaran biasanya dimulai pada sore jam 4, namun mereka selalu sudah datang pada jam yang lebih awal, tiap kali datang sebagai pengajar pertama, hal yang akan ditanyakan mereka adalah "kak, dimana kakak-kakak yang lain". Ya, pertanyaan ini muncul dari mereka karena mereka merasa senang belajar bersama-sama dengan kami yang sering datang terlambat kurang sesuai dengan jadwal ini. Ketika melihat mereka belajar dengan serius dan senang hal yang terbesit dari dipikiran ku yaitu :
"Aku tidak boleh kalah dari mereka, aku harus memiliki semangat belajar yang lebih tinggi dari mereka, jangan kalah dengan anak kecil"

2. Menjadi Kakak Bagi Mereka
Hal yang menyenangkan bagi kami yang tidak punya adik atau punya adik yang sudah besar yaitu kami menemukan keluarga baru, adik baru. Hal yang kami lakukan ketika sebelum atau sesudah belajar dengan mereka yaitu bermain dengan mereka, hal ini bagaikan seperti punya adik kecil.
"Keluarga bukan hanya terbatas pada hubungan darah saja, hubungan kakak dan adik dapat tercipta bila kami bisa saling mengerti dan nyaman satu sama lain"

3. Belajar Menjadi Orang Tua
Anak kecil memang menyenangkan dan terkadang merepotkan. Saat bersama mereka hal yang kami dapatkan yaitu bagaimana untuk mengatur, mengasuh dan mendidik mereka, anak kecil yang masih polos. Dikarenakan anak kecil terrkadang susah diatur maka dari hal ini menjadikan kami belajar bagaimana karakter dari anak kecil, cara menghadapinya dan bagaimana menjadi pembimbing bagi mereka. Disamping kami terkadang memposisikan sebagai teman dan kakak mereka, kami juga harus memposisikan diri seperti orang tua bagi mereka.
"Mengasuh anak kecil bukan hal yang mudah, butuh kesabaran dan ketelatenan"

4. Esensi Wanita Memang Merupakan Ibu Pendidik Terbaik Bagi Anak
Salah satu hal yang aku dapatkan dari kegiatan ini yaitu meski kami pengajar terdiri dari laki-laki dan perempuan. Namun anak kecil terutama SD merasa lebih senang ketika belajar dengan kakak-kakak perempuan. Dan kami sebagai laki-laki kebanyakan mengajar anak SMP dan SMA. Namun bila sedang bermain maka anak kecil yang laki-laki baru bermain dengan kami kakak-kakak laki-laki. Dari ini aku mendapatkan pelajaran bahwa jika dilihat dari ketelatenan, kasih sayang dan sifat ngemong memang perempuanlah yang lebih jago dari kami.
"Perempuan merupakan ibu, seorang pendidik yang terbaik dan pertama bagi seorang anak"

Kegiatan sosial memang hal yang menyenangkan untuk dilakukan, disamping dapat membuat orang lain merasa senang, kami sebagai pengajar juga merasa bahagia dapat berbagi dengan mereka, karena ada pepatah yang mengatakan :
"Terkadang kebahagian kita terletak pada kebahagiaan orang lain"

Semoga kami dapat selalu bersemangat untuk mengajar, berbagi dan semangat untuk terus belajar, jangan kalah dari anak kecil seperti mereka. Karena esensi sebenarnya dari proses belajar yaitu :
"Proses belajar yang sesungguhnya merupakan proses sepanjang hidup"