Hai, kali ini saya ingin
berbagi mengenai cerita dialog Rasulullah dengan iblis. Cerita ini merupakan
cerita yang saya copy dari sumber tertentu, namun karena sudah lama dan saya pada
saat itu lupa mencantumkan sumbernya, maka maafkan saya terutama kepada sumber
yang saya copy karena lupa mencantumkan sumbernya. Namun cerita ini merupakan
kutipan dari buku karangan AA Gym, yang menceritakan tentang tipu daya iblis kepada umat Rasulullah. Berikut ceritanya :
-DIALOG RASULULLAH DAN IBLIS-
Suatu ketika Allah SWT memerintahkan seorang
Malaikat menemui Iblis agar menghadap Baginda Rasul
saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disuka maupun yang dibencinya.
Hal ini dimaksudkan untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad saw dan juga
sebagai peringatan dan perisai umat manusia.
Kemudian Malaikat itupun mendatangi Iblis dan
berkata : “Hai Iblis! Engkau diperintah Allah untuk menghadap Rasulullah saw. Bukalah
semua rahasiamu dan jawablah setiap pertanyaan Rasulullah dengan jujur. Jika
engkau berdusta walau satu perkataanpun, niscaya akan terputus semua anggota
badanmu, uratmu serta disiksa dengan azab yang amat pedih”.
Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis
sangat ketakutan, maka segera ia menghadap Rasulullah saw dengan menyamar
sebagai orang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai yang
panjangnya seperti ekor lembu.
Iblis pun memberi salam sampai 3 (tiga) kali salam,
Rasulullah saw tidak juga menjawabnya, maka Iblis berkata : “Ya Rasullullah!
Mengapa engkau tidak menjawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi
Allah?” Maka jawab Nabi dengan marah : “Hai musuh Allah! Kepadaku engkau
menunjukkan kebaikanmu? Jangan kau coba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam
as sehingga beliau keluar dari syurga, kau hasut Qabil sehingga ia tega
membunuh Habil yang masih saudaranya sendiri, ketika sedang sujud dalam
sembahyang kau tiup Nabi Ayub as dengan asap beracun sehingga beliau sengsara
untuk beberapa lama, kisah Nabi Daud as dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman
meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu
juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat
hasutanmu.
Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di
sisi Allah azza wa jalla, tapi aku diharamkan Allah menjawab salammu. Aku
mengenalmu dengan baik wahai Iblis, Raja segala Iblis. Apa tujuanmu
menemuiku?”.
Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Janganlah engkau
marah. Engkau dapat mengenaliku karena engkau adalah Khatamul Anbiya. Aku
datang atas perintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu
dari zaman Nabi Adam as hingga akhir zaman nanti. Ya Nabi Allah! Setiap apa
yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, aku
tidak berani menyembunyikannya”.
Kemudian Iblispun bersumpah menyebut nama Allah dan
berkata : “Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatahpun niscaya
hancur leburlah badanku menjadi abu”.
Ketika mendengar sumpah Iblis itu, Nabipun
tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah kesempatanku untuk menyiasati
segala perbuatannya agar didengar seluruh sahabat yang ada di majlis ini dan
menjadi perisai seluruh umatku.
Pertanyaan Nabi (1) :
“Hai Iblis! Siapakah musuh besarmu?”
Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku
yang paling besar di antara musuh-musuhku di muka bumi ini”.
Kemudian Nabipun memandang muka Iblis dan Iblispun
gemetar karena ketakutan. Sambung Iblis : “Ya Khatamul Anbiya! Aku dapat merubah
diriku seperti manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suarapun tidak
berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh
Allah. Andaikan aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu.
Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi
kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat
untuk memeluk agama Islam, begitu juga aku berusaha menarik mereka kepada
kekafiran, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan
yang benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di
dalamnya bersamaku”.
Pertanyaan Nabi (2) :
“Hai Iblis! Apa yang kau perbuat terhadap makhluk
Allah?”
Jawab Iblis : “Adalah satu kemajuan bagi perempuan
yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya
hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya
meninggalkan sholat, berbuai dengan makanan dan minuman, berbuat durhaka, aku
lalaikan dengan harta benda, emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya,
ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan yang haram.
Demikian juga ketika pesta di mana lelaki dan
perempuan bercampur. Di sana aku lepaskan godaan yang besar supaya mereka lupa
peraturan dan akhirnya minum arak. Apabila terminum arak itu, maka hilanglah
akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa
pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga perbuatan zina.
Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga
menjadi penipu, peminjam dan pencuri.
Apabila mereka sadar akan kesalahan mereka lalu
hendak bertaubat dan berbuat amal ibadah, akan aku rayu supaya mereka
membatalkannya. Semakin keras aku goda supaya mereka berbuat maksiat dan mengambil
isteri orang. Jika hatinya terkena godaanku, datanglah rasa ria’, takabur, iri,
sombong dan melengahkan amalnya. Jika lidahnya yang tergoda, maka mereka akan
gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap
saat”.
Pertanyaan Nabi (3) :
“Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan
pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambah laknat yang besar dan
siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa
yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan
matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota
badanmu?
Jawab Iblis : “Semuanya itu adalah anugerah dari
Allah Yang Maha Besar. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat
sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa diriku telah beribu-ribu tahun
menjadi Ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit
ke langit yang lebih tinggi. Kemudian aku tinggal di dunia ini beribadah
bersama para Malaikat beberapa waktu lamanya.
Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan
seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan
manusia yang pertama (Nabi Adam as) dan seluruh Malaikat diperintah supaya
memberi hormat sujud kepada lelaki itu, hanya aku saja yang ingkar. Oleh karena
itu, Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu
berubah menjadi keji dan menakutkan. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah
menjadikan Adam raja di syurga dan dikaruniakan seorang permaisuri (Siti Hawa)
yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada
mereka.
Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti
Hawa yang menyuruh Adam memakan buah khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga
ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di
Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut
anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itupun aku masih belum
puas dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga hari kiamat kelak.
Sebelum engkau lahir ke dunia, aku beserta bala
tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia,
tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadah dan balasan pahala serta syurga
mereka. Kemudian aku turun ke dunia dan memberitahu manusia yang lain tentang
apa yang sebenarnya aku dapatkan dengan berbagai tipu daya hingga tersesat
dengan berbagai kitab bid’ah dan kehancuran.
Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku
tidak diijinkan oleh Allah untuk naik ke langit dan mencuri rahasia karena
banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku memaksa
untuk naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala.
Sudah banyak bala tentaraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar
menjadi abu, maka semakin beratlah pekerjaanku dan bala tentaraku untuk
menjalankan tugas menghasut manusia”.
Pertanyaan Nabi (4) :
Rasullullah bertanya “Hai Iblis! Apa yang pertama
kali kau tipu dari manusia?”
Jawab Iblis : “Pertama kali aku palingkan iktikad /
niatnya, imannya kepada kafir dan juga dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan
atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, akan aku tarik dengan cara mengurangi
pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikuti kemauanku”.
Pertanyaan Nabi (5) :
“Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, apa
yang terjadi padamu?”
Jawab Iblis : “Sungguh penderitaan yang sangat
besar. Gemetarlah badanku dan lemah tulang sendiku, maka aku kerahkan
berpuluh-puluh iblis datang menggoda manusia pada setiap anggota badannya.
Beberapa iblis datang pada setiap anggota badannya
supaya malas sholat, was-was, lupa bilangan raka’atnya, bimbang pada pekerjaan
dunia yang ditinggalkannya, merasa terburu-buru supaya cepat selesai sholatnya,
hilang khusyuknya, matanya senantiasa melirik ke kanan dan ke kiri, telinganya
senantiasa mendengar percakapan orang dan bunyi-bunyi yang lain.
Beberapa iblis yang lain duduk di belakang badan
orang yang sembahyang itu supaya tidak kuat sujud berlama-lama, penat waktu
duduk tahiyat dan dalam hatinya selalu merasa terburu-buru supaya cepat selesai
sholatnya, itu semua membuat berkurangnya pahala. Jika para iblis tidak dapat
menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan hukuman
yang berat”.
Pertanyaan Nabi (6) :
“Jika umatku membaca Al-Qur’an karena Allah, apa
yang terjadi padamu?”
Jawab Iblis : “Jika mereka membaca Al-Qur’an karena
Allah, maka terbakarlah tubuhku, putuslah seluruh uratku lalu aku lari dan
menjauh darinya”.
Pertanyaan Nabi (7) :
“Jika umatku mengerjakan haji karena Allah,
bagaimana perasaanmu?”
Jawab Iblis : “Binasalah diriku, gugurlah daging
dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya”.
Pertanyaan Nabi (8) :
“Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana
keadaanmu?”
Jawab Iblis : “Ya Rasulullah! Inilah bencana yang
paling besar bahayanya buatku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka
memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan
suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang
lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatat dosanya
selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan
bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam
memohonkan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemudian orang berpuasa
ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka
ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya dan dihembuskan angin
dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga.
Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian
Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit
lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan
ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah
menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa, barulah aku dilepaskan dengan
perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan
berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam
tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasanya”.
Pertanyaan Nabi (9) :
“Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?”
Jawab Iblis : “Seluruh sahabatmu termasuk musuh
besarku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satupun tipu daya yang dapat masuk
kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata : “Seluruh sahabatku adalah
seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat
petunjuk”.
Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu,
aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu
percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a’zam. Bahkan engkau
sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal
kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Lagipula
dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Sayyidatina
Aisyah yang juga banyak menghafal Hadits-haditsmu.
Adapun Sayyidina Umar bin Khatab, aku tidak berani
memandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam
dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah seluruh tulang
sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau
telah mengatakan : “Jikalau ada Nabi sesudah aku, maka Umar boleh menggantikan
aku”, karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir
dan Islam hingga digelar ‘Al-Faruq’.
Sayyidina Usman bin Affan, aku tidak bisa bertemu
karena lidahnya senantiasa membaca Al-Qur’an. Dia penghulu orang sabar,
penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak 2 (dua) kali. Karena
taatnya, banyak Malaikat datang menghampiri dan memberi hormat kepadanya karena
Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan : “Barangsiapa
menulis Bismillaahirrahmaanirrahiim pada kitab atau kertas-kertas dengan tinta
merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid”.
Sayyidina Ali bin Abi Thalibpun aku sangat takut
karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun,
alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah
kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadah dan beliau adalah golongan
orang pertama yang memeluk agama Islam serta tidak pernak menundukkan kepalanya
kepada berhala. Bergelar ‘Ali Karamullahu Wajhahu” dimuliakan Allah akan
wajahnya dan juga ‘Harimau Allah’ dan engkau sendiri berkata : “Akulah negeri
segala ilmu dan Ali itu pintunya”. Lagipula dia menjadi menantumu, aku semakin
ngeri kepadanya”.
Pertanyaan Nabi (10) :
“Bagaimana tipu dayamu kepada umatku?”
Jawab Iblis : “Umatmu itu ada 3 (tiga) macam. Yang
pertama, seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu
ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah dan
meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril as : “Ulama itu adalah pelita
dunia dan pelita akhirat”. Yang kedua, umat tuan seperti tanah yaitu orang yang
sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal saleh, tawakal dan
kebajikan. Yang ketiga, umatmu seperti Fir’aun, terlampau tamak dengan harta
dunia dan dihilangkan amal akhirat, maka akupun bersuka cita lalu masuk ke
dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku ajak kemana saja
mengikuti kemauanku. Jadi dia selalu bimbang kepada dunia dan tidak mau
menuntut ilmu, tidak pernah beramal saleh, tidak mau mengeluarkan zakat dan
malas beribadah.
Lalu aku goda agar manusia minta kekayaan lebih
dulu dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka aku rayu supaya lupa
beramal, tidak membayar zakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana
mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia selalu
bimbang akan hartanya dan berangan-angan hendak merebut kemewahan dunia, benci
dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk kemaksiatan”.
Pertanyaan Nabi (11) :
“Siapa yang serupa denganmu?”
Jawab Iblis : “Orang yang meringankan syariatmu dan
membenci orang yang belajar agama Islam”.
Pertanyaan Nabi (12) :
“Siapa yang membuat mukamu bercahaya?”
Jawab Iblis : “Orang yang berdosa, bersumpah
bohong, saksi palsu dan suka ingkar janji”.
Pertanyaan Nabi (13) :
“Apa yang kau rahasiakan dari umatku?”
Jawab Iblis : “Jika seorang Muslim buang air besar
dan tidak membaca do’a terlebih dahulu, maka aku gosok-gosokkan najisnya
sendiri ke badannya tanpa dia sadari”.
Pertanyaan Nabi (14) :
“Jika umatku bersatu dengan isterinya, apa yang kau
lakukan?”
Jawab Iblis : “Jika umatmu hendak bersetubuh dengan
isterinya dan membaca do’a pelindung syaitan, maka aku lari dari mereka. Jika
tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya dan bercampurlah benihku
dengan benih isterinya. Jika menjadi anak, maka anak itu akan gemar berbuat
maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya
sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku santap
makanannya lebih dulu daripadanya. Walaupun mereka makan, tidaklah mereka
merasa kenyang”.
Pertanyaan Nabi (15) :
“Apa yang dapat menolak tipu dayamu?”
Jawab Iblis : “Jika berbuat dosa, maka
cepat-cepatlah bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya.
Apabila marah, segeralah mengambil air wudhu’, maka padamlah marahnya”.
Pertanyaan Nabi (16) :
“Siapakah orang yang paling engkau sukai?”
Jawab Iblis : “Lelaki dan perempuan yang tidak
mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40
hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti
pijat pada bulu itu”.
Pertanyaan Nabi (17) :
“Hai Iblis! Siapakah saudaramu?”
Jawab Iblis : “Orang yang tidur meniarap /
telungkup, orang yang matanya terbuka di waktu Subuh tetapi menyambung tidur
lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian juga pada waktu
Dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya’, aku beratkan hatinya untuk sholat”.
Pertanyaan Nabi (18) :
“Apa yang dapat membinasakan dirimu?”
Jawab Iblis : “Orang yang banyak menyebut nama
Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak
tadarus Al-Qur’an dan sholat tengah malam”.
Pertanyaan Nabi (19) :
“Hai Iblis! ?” Apa yang dapat memecahkan matamu?”
Jawab Iblis : “Orang yang duduk di dalam masjid dan
beri’tikaf di dalamnya”.
Pertanyaan Nabi (20) :
“Apa lagi yang dapat memecahkan matamu?”
Jawab Iblis : “Orang yang taat kepada kedua ibu
bapaknya, mendengar kata mereka, membantu makan, pakaian mereka selama mereka
hidup, karena engkau telah bersabda : Syurga itu di bawah tapak kaki ibu”.
(Dikutip dari : KH. Abdullah Gymnastiar, Muhasabah
Kiat Sukses Introspeksi Diri, Penerbit Difa Press, September 2006)
Sunday, 6 July 2014
Saturday, 5 July 2014
Salah Satu Efek Merantau
Berkelana atau merantau merupakan hal yang
menyenangkan, meskipun aku sebagai penulis tidak terlalu suka untuk
jalan-jalan, namun mungkin takdir, sehingga aku merantau kemana-mana untuk
mencari ilmu dan pengalaman. Dari merantau ini kita bisa belajar banyak hal,
kebudayaan daerah tempat kita merantau, karakteristik orang-orang daerah tempat
kita merantau, melihat hal baru yang tidak ada didaerah kita. Dan lebih dari
itu kita akan sadar bahwa rumah dan keluarga kita merupakan tempat dan
orang-orang yang berharga untuk kita.
Tuhan, Rasulullah, keluarga dan cinta adalah hal
dan kata terindah di dunia ini selain islam dan iman. Menurutku keluarga adalah
mereka yang selalu aku rindukan ketika aku jauh dari mereka, dan mereka yang
selalu menerima semua anggota keluarga apa adanya. Ketika kita terjatuh dan
kehilangan harapan, mereka yang akan selalu berada disamping kita dan memberi
kita semangat yang baru untuk terus maju, tumbuh, dan berjuang menjadi lebih
baik dari sekarang meski terkadang tanpa kita sadari. Dan tak ada tempat untuk
pulang selama didunia ini kecuali tempat dimana keluarga kita berada, tumbuh
dan berkembang bersama.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa “kita akan
merasa memiliki dan merasa bahwa sesuatu itu berharga ketika kita kehilangan
atau jauh dari sesuatu tersebut”. Pepatah itu memang benar dan bukan hanya
sekedar pepatah karena kita juga akan merasa bahwa keluarga itu sungguh indah
dan berharga ketika kita jauh dari mereka dalam waktu yang relatif lama.
Banyak juga orang yang berkata pada kekasihnya,
“aku mencintaimu lebih dari segalanya”. Aku agak ragu dengan kalimat tersebut
karena menurutku kata “cinta sejati” yang paling tepat hanyalah untuk Tuhan,
Rasulullah dan keluarga. Bila engkau memang menyukai dia maka jangan terlalu
banyak berkata aku mencintaimu tapi katakanlah “aku ingin menjadikanmu bagian
dari hidupku, bagian dari keluargaku dan menjadikan mu pasangan hidup seumur
hidupku”. Ya, tak ada hal yang dapat menyatukan kita dengan kuat selain kata
keluarga dan cinta yang tulus dan murni pada mereka.
Menurutku keluarga tidak hanya terbatas pada ikatan
darah saja, tapi mereka yang selalu kita rindukan dan merindukan kita, selalu
ada disamping kita dan tak pernah letih untuk menerima kita dan memberi
semangat kepada kita ketika kita terjatuh walau kita jauh dari mereka. Salah
satu hal yang ingin aku jaga dan lindungi adalah mereka, keluargaku. Ya Allah,
semoga engkau selalu memberi rahmat dan hidayah mu kepada hamba dan semua
anggota keluarga hamba, amin.
Pemahaman tentang Pancasila
Suatu
daerah dapat dikatakan sebagai suatu Negara bila minimal memiliki komponen
seperti Bangsa, penduduk dan warga Negara. Arti dari Negara itu sendiri yaitu
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia
dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
Sehingga dalam upaya mengatur dan menertibkan ini, suatu Negara butuh sesuatu
yang digunakan sebagai dasar atau landasan dalam pembuatan aturan. Untuk itu
pada awal mula sebelum didirikan Negara Indonesia ini, pada pendiri bangsa ini
baik dari golongan muda maupun golongan tua pada saat itu, berupaya untuk merumuskan
dan membuat suatu landasar dasar yang akan digunakan oleh Negara Indonesia ini.
Perumusan
landasan dasar ini, telah melalui proses dan waktu yang cukup lama dengan
didasarkan pada kehidupan warga dan penduduk yang talah dijalani jauh sebelum
Negara Indonesia ini terbentuk. Perumusan-perumusan yang telah dibuat antara
lain yaitu:
·
Pada sidang BPUPKI Soekarno
menyampaikan rumusan yang ingin dijadikan sebagai dasar Negara dihadapan
laksamana Maeda pada tanggal 28 oktober 1982, yang isinya yaitu:
-
Kebangsaan
-
Internasionalisme
-
Mufakat, demokarasi
-
Kesejahteraan Sosial
-
Ketuhanan Yang Maha Esa
·
Rumusan UUDS (undang-undang dasar
sementara) yang disampaikan dalam sidang KMB yang dikenal dengan nama “RIS”
yaitu:
-
Ketuhanan Yang Maha Esa
-
Peri Kemanusiaan
-
Kebangsaan
-
Kerakyatan
-
Keadilan Sosial
·
Panitia 9 yang terdiri dari PNI,
Masyumi, dan Pertindo mencetuskan Piagam Djakarta (Djakarta Charte) yang isinya
yaitu:
-
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
-
Kemanusiaan yang adil dan beradab
-
Persatuan Indonesia
-
Krakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan/perwakilan
-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
·
Pada council for world affair di Los
Angeles tanggal 21 April 1961. Soekarno menyampaikan pidato yang berjudul “For
Liberty and Justice” dengan isinya yaitu:
-
Believing in God
-
Nationalism
-
Internationalism
-
Democracy
-
Sosial Justice
·
Selain itu Soekarno juga memiliki
gagasan untuk memadukan Islamisme, Marxisme dan Nasonialisme yang dikenal
sebagai marhaenisme
Setelah
melalui proses yang begitu panjang. Akhirnya dipilih lima butir landasan dasar
Negara Indonesia yang dikenal dengan nama “Pancasila” yang merupakan Isi dari
piagam Djakarta dengan butir pertama diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan alasan Negara Indonesia ini tidak hanya terdiri dari penduduk agama
Islam saja tapi ada penduduk agama Hindu, Budha, Kristen dan Katolik juga. Dan
isi dari pancasila ini sendiri yaitu:
Pancasila:
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Krakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan/perwakilan
5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Dengan
terbentuknya pancasila sebagai landasan dasar Negara Indonesia ini. Sehingga
pancasila dijadikan sebagai landasan pokok dalam membuat peraturan dan perundang-undangan
di Indonesia ini, baik yang mengatur hubungan antara warga Negara dengan Negara
ini maupun, hubungan antar warga Negara. Jadi pancasila dapat dipandang sebagai
landasan hidup berbangsa dan bernegara bagi penduduk warga Negara Indonesia ini.
Landasan hidup ini dapat dipandang secara kultural dan secara filosofis.
a. Pancasila sebagai landasan hidup
secara kultural
Pandangan
hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
bangsa yang bersangkutan. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup adalah
bangsa yang tidak memiliki jati diri
(identitas) dan kepribadian, sehingga akan dengan mudah terombang-ambing
dalam menjalani kehidupannya, terutama pada saat-saat menghadapi berbagai
tantangan dan pengaruh baik yang datang dari luar maupun yang muncul dari
dalam, lebih-lebih di era globalisasi dewasa ini.
Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah jati diri dan kepribadian
bangsa yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang
dalam budaya masyarakat Indonesia sendiri dengan memiliki sifat keterbukaan
sehingga dapat mengadaptasikan dirinya dengan dan terhadap perkembangan zaman
di samping memiliki dinamika internal secara selektif dalam proses adaptasi
yang dilakukannya. Dengan demikian generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai
Pancasila sesuai dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang
dihadapinya.
b. Pancasila sebagai landasan hidup
secara filosofis
Pancasila
adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesian.
Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan
objektif bahwa bangsa Indonesia dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang
dalam sila-sila Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara. Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum
mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan,
hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang
Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan
sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara), sehingga secara filosofis negara
berpersatuan dan berkerakyatan konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar
terbentuknya demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara,
nilai-nilai pancasila merupakan dasar filsafat negara. Konsekuensinya dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila
termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu
dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatu keharusan bahwa pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan baik dalam pembangunan
nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan dan
keamanan. Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara
filosofis dan obyektif merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah tumbuh,
hidup dan berkembang jauh sebelum berdirinya negara Republik Indonesia. Oleh
karena itu, sebagai konsekuensi logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa
Indonesia untuk dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik
kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai dasar
filsafat negara, maka Pancasila harus menjadi sumber bagi setiap tindakan para
penyelenggara negara dan menjiwai setiap peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.
c. Kedudukan Pacasila sebagai dasar
Negara
Inilah
sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara
(philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan
kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai dasar dari
penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi negara Republik Indonesia. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara seperti tersebut di atas, sesuai dengan apa yang
tersurat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia 4 antara lain
menegaskan: “….., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu
memberikan pengertian bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. “Negara
Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan
dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak -hak azasi
semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar
masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan
mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan
kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
Subscribe to:
Posts (Atom)